Sejak abad ke 12 Islam telah masuk ke Indonesia, disebarkan para pedagang
Arab, India, Persia dan China. Dan Islam sebagai agama dan sebagai kebudayaan
menghiasi system kepercayaan, nilai,
norma, budaya dan tradisi masyarakat Indonesia. Memperkaya khazanah kepercayaan
, pemikiran, kebudayaan dan tradisi kehidupan sehari-hari, yang sebelumnya
telah dipengaruhi agama dan kebudayaan local Indonesia dan Hindu Budha. Adalah KH Ahmad Dahlan yang melihat sisi lain dari Islam dalam tata kehidupan masyarakat Islam Jawa yang sangat penting kita pelajari dimasa sekarang.
Kekayaan khazanah budaya, agama, tradisi local nusantara, Hindu Budha dan
islam kemudian diperkaya oleh agresi budaya colonial Belanda yang bercorak
kristiani dan imperialistic dan kapitalistik, yang dipaksakan pemerintah colonial
Belanda. Budaya barat yang dimasukkan
oleh pemrintah colonial Belanda dan kalangan Zending dan Missionaris Kristiani
memberi warna baru dalam cara berfikir dan bertingkah dikalangan masyarakat
Indonesia. Dan tentu system nilai dan norma yang berbeda kerap menimbulkan konflik nilai dan budaya
dikalangan ummat Islam.<a href=http://www.sejarahcikampek2.blogspot.com>pindah</a>.
Namun, dalam konteks masyarakat Islam Indonesia, kerap masyarakat Indonesia
dibagi kedalam golongan abangan dan golongan santri. Golongan abangan merujuk
kepada mereka yang Islami secara agama, tetapi kurang rajin dalam menjalankan
syariat Islam, tetapi, golongan santri merujuk kepada masyarakat Islam
Indonesia yang rajin melaksanakan syariat Islam, terutama yang termasuk kedalam
rukun Iman.
Bila golongan santri terdoktrin oleh ajaran Islam dengan ketat, tidak
demikian dengan golongan abangan. Mereka
tergolong mudah menerima system nilai dan norma yang tidak berdasarkan syariat
Islam. Banyak diantara mereka yang mencampur
ajaran Islam dengan ajaran agama dan kepercayaan nenek moyang. Sehingga muncul berbagai kehidupan budaya
takhayul dalam masyarakat Islam.
Berkembangnya budaya dan pemikiran yang tidak sesuai dengan prinsip –
prinsip Islam dikalangan masyarakat Islam Jawa , apalagi yang sesuai dengan
pola pemikiran dan kehidupan Nabi Muhammad dan pesan serta makna Alqur’an,
mendorong KH Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330
H, yakni bertepatan tanggal 18 November 1912 M di kota Yogyakarta mendirikan
organisasi Islam Muhammadiyah. Melalui Muhammadiyah diharapkan ummat Islam dapat mencontoh dan
meneladani jejak perjuangan nabi Muhammad SAW dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama , kejayaan
Islam sebagai idealita dan kemulian hidup umat Islam sebagai realita yang
menjadi rahmatan lil alamin.
Tradisi para santri Indonesia pada masa itu, bahkan hingga kini, setelah
merasa cukup belajar dari para ulama terkenal di berbagai lembaga pendidikan
pesantren, dilanjutkan dengan belajar di Mekkah atau Madinah atau Kairo untuk
lebih memperdalam wawasan keislaman mereka dengan berguru kepada para Syech
terkenal. Hal ini dilakukan Ahmad Dahlan, ia pergi ke Mekah pada tahun 1890
dan belajar dengan seorang guru Syekh Ahmad Khathib dari Minang Kabau, salah
seorang ulama yang kharismatik dan Imam besar di Masjid al-Harom.<a href=http://www.sejarahcikampek2.blogspot.com>pindah</a>.
Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan untuk menyebarkan luaskan Islam,
meluruskan pemahaman dan praktek Islam yang menyimpang dari ajaran Islam
dinamakan Muhammadiyah , yang berarti umatnya
Muhammad atau pengikut Nabi Muhammad Saw.
Gerakan Islam
Muhammadiyah yang
bersiafat dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, berasas Islam dan bersumber Al Qur'an
dan Sunah. Aksi gerakannya dalam bentuk mendirikan sekolah-sekolah yang kurikulumnya
memadukan berbagai ajaran Islam dengan kurikulum sekolah-sekolah Belanda dan
menggunakan system kelas. Disamping
mendirikan sekolah, akademi dan Universitas, Muhammadiyah mendirikan rumah
sakit, yayasan yatim piatu dan panti Jompo serta usaha-usaha yang bersifat
bisnis.
Gerakan dan ajaran
ideologi Muhammadiyah yang dibawa KH Ahmad yang semula berkembang di kampung
Kauman akhirnya menyebar ke luar daerah dan luar Pulau Jawa. Para pimpinan cabang
Muhammadiyah dengan semua kekuatan yang mereka miliki, mereka berusaha memberi warna pemikiran Islam yang lebih
modern kepada ummat Islam Indonesia.
Gerakannya yang berbasis pendidikan, pendirian rumah sakit, panti jompo,
yayasan-yayasan yatim piatu, sulit dibendung oleh pemerintah colonial Belanda. bahkan
ketika mengeluarkan ordonansi sekolah liar, hanya membuat Belanda salah tingkah, salah logika. Muhammadiyah
menanggapinya dengan sikap kooperatif. Muhammadiyah mengajukan badan hokum dan
protes terhadap aturan yang tidak adil tersebut, terhadap pemerintah colonial Belanda,
menjadi makin tersudut , dan pergerakan Muhammadiyah justru makin berkembang
pesat. Bahkan, cita-cita memperadabkan bangsa Indonesia versi colonial Belanda
menjadi sulit diwujudkan, karena Muhammadiyah mendesain Indonesia modern
berbasis Islam. Dan pergerakan Muhammadiyah ini terus berlanjut, melalui KH.
Ahmad Dahlan- Ahmad Dahlan baru, hingga kini , untuk menjawab dan memberi
bentuk Indonesia yang lebih modern tetapi berlandaskan pemikiran islam modern.
No comments:
Post a Comment